Monday, April 16, 2018

KHASIAT LUAR BIASA ALBUMIN IKAN GABUS


Ikan gabus merupakan sumber albumin penting bagi kesehatan. Sejatinya albumin merupakan hasil sintesis protein hati. Menurut Prof Dr dr Nurpudji M. Daud, MPH SpGK, ahli gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, hampir penyakit berat dan akut seperti kanker, gagal ginjal, diabetes, tuberkolusis, dan jantung ditandai dengan menurunnya kadar albumin di tubuh atau hipoalbumin.
Hipoalbumin atau kekurangan albumin di tubuh tersebut menyebabkan tekanan osmotik di darah menurun sehingga cairan di darah keluar lantas menerobos masuk ke jaringan-jaringan organ tubuh lain. Cairan tersebut yang menyebabkan pembengkakan atau oedema. Nah selama ini untuk mengatasi kekurangan albumin tersebut dilakukan dengan memberikan infus albumin, tapi harganya cukup mahal karena infus albumin tersebut diproduksi dari plasma darah manusia.
Solusi murah memperoleh albumin dari luar adalah mengonsumsi ikan gabus. Berdasarkan hasil riset Prof Dr Eddy S, MS dari Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur, ikan gabus mengandung 25,2 g/100 g protein dengan kadar albumin mencapai 62,24 g/kg dan unsur seng (zn) sebesar 17,41 mg/kg. Kandungan unsur seng tersebut dari beberapa literatur mendorong penyembuhan luka lebih cepat. Apalagi unsur seng biasanya sangat cepat diserap oleh tubuh. Kandungan protein ikan gabus itu lebih banyak ketimbang albumin di daging, kacang-kacangan, dan telur.

Konsumsi ikan gabus sebanyak 2 kg per hari bisa meningkatkan kadar albumin mencapai standar ideal 3,5–5 g/dl dalam waktu 8 hari. Pilihan lain adalah dengan membuat jus daging ikan gabus yang sebelumnya dikukus terlebih dahulu. Dosis konsumsi sama 2 kg per hari. Namun bila kesulitan memperoleh ikan gabus segar, kini banyak beredar albumin ikan gabus dalam bentuk ekstrak kapsul, jel, dan cair. Lantas bagaimana manfaatnya? Asalkan pengolahan albumin ekstrak gabus tersebut sesuai dengan aturan, albumin tetap terjaga baik. Sebagai contoh bahan ekstrak tidak boleh dipanaskan lebih dari suhu 40 derajat celcius supaya albumin tidak menjadi rusak.
Produksi Gabus

Bentuk kepalanya menyerupai ular, sehingga dalam bahasa inggris ikan ini dikenal dengan nama snakehead murrel. Meski mirip ular, ikan gabus tidaklah seseram nama inggrisnya. Ikan gabus di alam banyak ditemukan di sungai-sungai atau perairan umum. Di Indonesia, ikan gabus termasuk jenis yang digemari dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan gabus dijual dalam bentuk hidup, segar maupun diolah menjadi ikan gabus asin, ikan gabus asap, bakso, empek-empek atau kerupuk/kemplang. Ikan gabus kini juga dikembangkan dalam bidang kesehatan karena kandungan albuminnya yang sangat tinggi.
Berdasarkan catatan, pada tahun 2007 tangkapan ikan gabus di perairan umum sebesar 30.300 ton atau turun 2,87% dibandingkan tangkapan tahun 2006 yaitu sebesar31.194 ton. Sebagian besar pasokan ikan gabus yang ada di pasaran berasal dari hasil tangkapan dari perairan umum. Pada kurun 2002-2007 terjadi kenaikan produksi ikan gabus yang berasal dari perairan umum sebesar 2,04% dengan volume tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2004 mencapai 41.014 ton.
Ikan gabus memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Kandungan gizi 100 gram berat dapat dimakan dari ikan dari ikan gabus segar.

Albumin Sangat Penting Bagi Tubuh
Ikan gabus dikenal memiliki kandungan albumin yang sangat tinggi. Albumin merupakan salah satu jenis protein penting yang sangat diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka. Albumin juga berfungsi mempertahankan regulasi cairan dalam tubuh. Bila kadarnya rendah, protein yang masuk ke dalam tubuh akan pecah, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan, penyerapan obat-obatan yang seharusnya berfungsi menyembuhkan, tak akan maksimal.
Banyak penelitian yang telah menunjukkan khasiat albumin dari ikan gabus. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, MS pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa kandungan albumin pada ikan gabus berpotensi untuk menggantikan serum albumin yang harganya cukup mahal (Rp1,3 juta per 10 ml). Albumin berfungsi dalam pembentukan sel baru dan merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Di dalam ilmu kedokteran, albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya operasi atau pembedahan.
Manfaat ikan gabus untuk mempercepat perbaikan status gizi juga telah diteliti oleh Dr.dr. Sri Adiningsih, MS, MCN, akademisi dari Universitas Airlangga dan Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH, SpGK, ahli gizi dari Universitas Hasanudin. Untuk meningkatkan asas kepraktisan, Dr. Nurpudji bahkan telah mengembangkan suplemen tersebut dalam bentuk kapsul.

Ekstrak Albumin dari Malang dan Semarang
Manfaat ikan gabus dalam bidang kesehatan mendorong dua tenaga medis asal Malang Ny Endang Uriati Arief dan Florentinus Nurtitus, S.Si.T asal Semarang untuk memproduksi ekstrak gabus. Endang Uriati telah menekuni usaha ini sejak tahun 1997. Ia memproduksi esktrak ikan kutuk/gabus dengan merek Sari Ikan Kutuk Alkuten di rumahnya Jalan Raya Pakishaji Nomer 3, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Dalam sehari, Endang Uriati  pensiunan paramedis RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar) ini dalam sekali proses produksi dapat menghasilkan 38 bungkus albumin ukuran 70 gram dari 25 kg ikan gabus. Harga albumin ukuran 70 gram ditawarkan kepada konsumen dengan harga Rp60.000. Pasokan bahan baku ikan gabus untuk produksinya berasal dari warga dan pedagang ikan di sekitar Malang dan Sidoarjo dengan harga pada kondisi normal berkisar antara Rp35.000-40.000/kg, sementara pada saat musim ikan harganya berkisar antara Rp25.000-30.000/kg.
Menurut Endang, mengkonsumsi ekstrak gabus dapat menghemat biaya pengobatan jika dibandingkan dengan HAS (Human Serum Albumin) yang harganya sekitar 1,9 juta per 100 ml, cukup dengan 6-7 bungkus albumin sekitar Rp. 400 ribu, penyakit pasien berangsur-angsur pulih.
Melalui CV. Alkuten, Endang telah memasarkan produknya hampir ke  seluruh wilayah  Indonesia, bahkan sampai ke Jepang, Arab, dan Belanda. Khasiat dan kegunaan ekstrak albumin yang dihasilkan oleh ibu Endang diantaranya: mempercepat penyembuhan luka dalam dan luar, membantu proses penyembuhan pada penyakit: Hepatitis, TBC/ infeksi paru, Nephrotic Syndrome, tonsilitas, typus, diabetes; menghilangkan oedem (pembengkakan); memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak dan ibu hamil; dan membantu penyembuhan autis. Sementara itu, cara pemakaian ekstrak albumin ikan gabus yaitu: untuk pencegahan dimakan 1 kali sehari dengan ukuran 17,5 gram, sementara untuk penyembuhan dimakan 2 kali sehari dengan ukuran 17,5 gram.
Semarang juga punya ekstrak ikan gabus. Florentinus Nurtitus, seorang ahli gizi (dietician) di Rumah Sakit Elizabeth Semarang, berhasil memproduksi dan memasarkan ekstrak ikan gabus dengan merek  Sari Mina sebagai suplemen makanan tambahan bergizi tinggi di Kota Semarang. Sari Mina adalah produk olahan ikan gabus dalam bentuk ekstrak filtrasi beku yang telah diproses dengan sistem tertentu sehingga nilai gizinya sama dalam tiap kemasannya.
Sari Mina dipasarkan dalam ukuran 50cc/ bungkus, dikemas dalam kantung plastik dan disimpan dalam kondisi beku (< – 100C) agar tahan lama dan kualitasnya terjaga. Sari Mina telah banyak digunakan pasien rawat inap maupun rawat jalan sejak awal tahun 2004 di RS Elizabeth Semarang. Sari Mina ukuran 50cc dipasarkan dengan harga Rp55.000. Hingga saat ini, Florentinus enggan mengolah ikan gabus dari hasil budidaya dan gabus laut. Menurutnya, gabus hasil tangkapan dari perairan umum dinilainya memiliki kandungan protein paling tinggi.
Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Wednesday, April 11, 2018

PENGELOLAAN TAMBAK DI TANAH SULFAT MASAM


Pengelolaan budidaya air payau (tambak) di Kalimantas Selatan tidak bisa disamakan dengan pengelolaan tambak di Pulau Jawa, ini disebabkan karena hampir 90 % lokasi tambak di Kalimantan selatan merupakan tanah sulfat masam, karena itu pengelolaannya harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
            Tanah sulfat masam adalah sedimen pantai yang mengandung suatu mineral yang disebut pirit (FeS2), biasanya sedimen dalam kondisi anaerob dan berada dibawah lapisan tanah pada kedalaman sekitar 30 cm yang tergolong tanah muda (alluvial) dari hasil endapan setelah terjadi banjir dan pasang tinggi, letak pertikal lapisan tanah yang mengandung pirit sampai dekat dengan muka laut rata-rata.
            Pada saat terangkat untuk keperluan konstruksi pada budidaya udang dan ikan (pembuatan pematang, pengairan dan pengangkatan lumpur), maka pirit akan teroksidasi dan selanjutnya menghasilkan asam sulfat.  Asam yang terlepas dari pirit menyebabkan kemasaman tanah, air tambak dan meningkatkan kelarutan logam yang beracun.
            Secara umum bahwa tanah sulfat masam berada pada daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut, namun lebih khusus lagi pada daerah mangrove, rawa pantai, dataran pantai dan pada berbagai lahan basah yang dekat dengan laut dan muara sungai.
            Tambak udang yang dibangun pada tanah sulfat masam biasanya menunjukan hasil panen yang rendah, kematian massal udang dan biaya pengelolaan yang tinggi, beberapa kegiatan budidaya gagal atau produktivitas rendah.
            Dengan berbagai pendekatan praktis, tanah sulfat masam dapat diindentifikasi di lapangan, untuk membantu pelaku utama perikanan agar mereka dapat menentukan keberadaan tanah sulfat masam pada lahan mereka.
            Tanah sulfat masam dapat menyebabkan berbagai masalah produksi antara lain; laju pertumbuhan udang/ikan rendah, kematian masal pada udang/ikan, adanya partikel besi pada insang, tingkat kepadatan alga yang bermanfaat rendah, kebutuhan kapur dan pupuk yang tinggi, kondisi stok udang/ikan yang rendah, kerusakan dan kebocoran pematang tambak, toksisitas hidrogen sulfida, suspensi partikel besi dalam air, pH rendah dan alkalinitas air yang rendah.
            Jika pada lahan pelaku utama perikanan terdapat dua atau lebih masalah produksi tersebut, maka kemungkinan bahwa lahan tambak tersebut termasuk tanah sulfat masam. Beberapa indikator biologis dan indikator tanah yang menunjukan keberadaan tanah sulfat masam di daerah pantai adalah : 
1. Tumbuhan Nipa/Nipah yang tumbuh pada daerah jangkauan pasang surut, menandakan bahwa tanah sulfat masam ada pada lahan. 
2. Tanaman mangrove berupa kalipata/buta-buta, rambai, jeruju, beluntas dan pakis air/piai menandakan adanya sulfat masam.
2  3. Adanya gundukan tanah hasil buangan kepiting lumpur/undang ayu.
4 4. Rumput teki merupakan rumput rumputan yang lazim ditemukan dan sangat beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung tanah sulfat masam.Hutan dengan komposisi vegetasi di daerah pantai dan estuarin juga kemungkinan mengandung tanah sulfat masam.
6  5. Jarosit mineral warna kuning terjadi bila tanah teroksidasi.
7  6. Warna abu-abu dari tanah hasil galian, merupakan ciri khas dari pirit (FeS2).
7.  Rendahnya pH lapang dan pH setelah oksidasi.
    8, Indikator biologis keberadaan tanah sulfat masam :

            Jika pada lahan pertambakan telah ditemukan beberapa indikator seperti mangrove, nipah, jarosit, pH tanah <4 dan kepiting lumpur,  maka lahan tersebut dikategorikan sebagai tanah sulfat masam.
Langkah pengelolaan  yang harus dilakukan, jika sudah diyakini kalau tambak yang dikelola adalah tambak sulfat masam, maka beberapa alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan :
1.  Jika memungkinkan, bangun kembali pematang tambak dengan mencampurkan kapur pada tanah yang akan digunakan.
2.  Hindari pengangkatan material dasar yang mengandung pirit ke atas pematang atau jika memungkinkan gunakan tanah yang bukan tanah sulfat masam.
3.   Hindari penelantaran tambak dalam waktu yang lama, jika tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, biarkan tambak terus dalam kondisi tergenang.
4.  Perhatikan aspek keteknikan dalam konstruksi pematang (tinggi, panjang, serta lebar pematang).
e.      Gunakan tabel standart pengapuran untuk tanah sulfat masam dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) atau minta petunjuk dari instansi terkait.
     5. Upayakan untuk menumbuhkan rumput atau vegetasi lain yang dapat membantu mengurangi oksidasi.
      6. Gunakan pupuk dengan dosis yang sesuai beberapa hari setelah pengapuran untuk menjaga agar pupuk yang diberikan betul-betul dapat bermanfaat bagi pertumbuhan alga atau plankton yang bermanfaat.
    7.  Jika besi nampak pada air tambak, upayakan pembilasan untuk mengencerkan konsentrasi besi hidroksida yang berbahaya tersebut.
     8.  Perhatikan juga beberapa syarat teknis budidaya, misalnya kondisi dan sumber benur, aklimatisasi, pemberian pakan dan pengontrolan penyakit.
Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas sebelum pelaksanaan pemeliharaan, tambak tanah sulfat masam perlu dilaksanakan kegiatan pendahuluan yakni            :
a.       Remediasi.
Remediasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi unsur-unsur toksik di tanah atau di air tanah, prinsif remediasi adalah pengeringan tanah untuk mengoksidasi pirit, perendaman untuk melarutkan dan menetralisir keasaman atau menurunkan produksi keasaman lanjut, dan pencucian untuk membuang hasil oksidasi dan meminimalkan cadangan unsur-unsur toksik dalam tanah.
Sebelum tanah tambak sulfat masam diremediasi, pematang dan pintu air diperbaiki, tanah pelataran tambak dicangkul sedalam 20-30 cm agar permukaan tanah bertambah luas sehingga proses oksidasi lebih baik.
            Pengeringan tanah pelataran tambak dilakukan selama 2 minggu atau lebih tergantung terik matahari, oleh karena itu disarankan agar pengeringan tanah tambak dilakukan pada musim kemarau dan kondisi surut rendah.
            Selanjutnya tambak diisi air, usahakan air yang bersalinitas tinggi > 15 ppt dengan tinggi air sampai 50 cm. Biarkan tambak terendam selama 1 minggu dan air rendaman dibuang, selanjutnya diiisi kembali seperti tadi, kemudian dibuang kembali.  Ulangi proses remediasi sebanyak 2 atau 3 kali sampai kondisi tanah sudah lebih baik.
            Usahakan air rendaman dibuang pada saat surut rendah agar air rendaman yang mengandung unsur-unsur toksik dapat terbilas  sempurna.
            Apa hasil remediasi?; Pada saat tanah sulfat masam terjemur, terjadi oksidasi pirit dan pada saat direndam hasil oksidasi akan larut dalam air rendaman dan selanjutnya akan terbuang bersama air buangan.  Dengan melakukan proses tersebut berulang kali, maka unsur-unsur toksik yang juga merupakan unsur penyebab kemasaman tanah dapat berkurang,  akibatnya pH tanah meningkat ke netral (sekitar 6).
            Dengan kondisi demikian, maka pupuk yang diberikan akan lebih efisien, sebab unsur hara akan lebih tersedia untuk pertumbuhan makanan alami seperti plankton dan klekap.  Berkurangnya unsur-unsur toksik dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan, dengan melimpahnya makanan alami dan kualitas lingkungan yang lebih baik berdampak pada peningkatan produktivitas tambak, terutama tambak yang dikelola dengan teknologi tradisional dan teknologi madya.
            Tanah sulfat masam yang mengandung unsur-unsur toksik seperti Al, Fe dan Mn, dapat diatasi dengan pemberian kapur yang berfungsi; meningkatkan pH, mengurangi aluminium dan besi, meningkatkan ketersediaan unsur fosfor, kalsium dan magnesium, meningkatkan persentase kejenuhan basa dan memperbaiki total alkalinitas di air.
            Pengapuran tambak tidak hanya dilaksanakan di pelataran saja, ternyata pengapuran pada pematang sangat berpengaruh terhadap pengurangan unsur-unsur toksik.  Hasil penelitian menunjukan bahwa teroksidasinya senyawa pirit (FeS) yang paling intensif pada tambak tanah sulfat masam terjadi pada gundukan tanah hasil galian seperti; pematang tambak, gundukan tanah pada lubang kepiting lumpur (Thalassina anomala).  Oleh karena itu pematang menjadi fukos perhatian dalam mengaplikasian kapur dibandingkan dengan dasar pematang yang senantiasa terendam selama kegiatan budidaya.
            Kapur yang baik digunakan berupa kapur karbonat seperti kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2), Kapur oksida atau kapur tohor (CaO) dan kapur hidrat atau kapur tembok (Ca(OH)2.  Biasanya dolomit dan kalsit yang lebih umum digunakan oleh petani tambak, kapur dolomit memiliki pengaruh lebih lama, mudah diperoleh, tidak meninggalkan residu dan kecepatan reaksi lebih lambat.
            Penggunaan kapur biasanya berdasarkan nilai pH tanah dan tekstur tanah, dengan metode langsung disebar secara merata pada dasar tambak dan permukaan pematang.  Metode lain yang telah diujikan adalah dengan menghitung kebutuhan kapur berdasarkan persentase sulfur yang dapat teroksidasi yang merupakan indikator potensi kemasaman pada tanah tambak sulfat masam.  Metode ini terutama diperuntukan pada konstruksi awal pematang atau pada saat proses perbaikan pematang (kedok teplok), sedangkan untuk dasar tambak tetap mengacu pada metode disebar langsung secara merata.
Kebutuhan kapur tanah pematang berdasarkan nilai pH dan Sulfur (Spos)
pH
Spos (%)
Kg kapur/ton
Tanah yg dibutuhkan
Faktor aman=1,5
Perkiraan Biaya/meter
Lari pematang
(Rp.)
             


              0-3
0,02
0,94
1.110
0,03
1,4
1.654
0,06
2,8
3.308
0,10
4,7
5.552
0,20
9,4
11.104
0,30
14,0
16.538
>3-5
1,00
46,8
55.283
5,00
Biaya konstruksi tinggi
>5
>5,00
Tidak direkomendasikan
Sumber : BRPBAP Maros
Keterangan :
-          Kg kapur yang dibutuhkan = kg CaCo3/ton material
-          Biaya/meter lari = perhitungan untuk pematang lebar atas 1,0 m, tinggi 1,5 m dan lebar dasar 2,5 m lama aplikasi efektip 4 tahun; berat jenis = 1 g/cm3 atau volume 1 m lari pematang = 2,62 kg, harga kapur = Rp.450,-/kg.
-          pHf = pH tanah yang diukur langsung di lapangan pHfox = pH tanah yang diukur di lapangan setelah ditambahkan hidrogen peroksida (H2O2)30 %.
Pembesaran komoditas perikanan di Tambak Tanah Sulfat Masam :

1. Udang Windu
Perbaikan tanah dengan cara remediasi yang meliputi pengeringan, perendaman, pencucian dan pengapuran dilakukan sebelum persiapan tambak.  Pada tahap pengapuran, dosis kapur yang digunakan adalah 1.000-1.875 kg/ha.
Dalam persiapan tambak dilakukan pemberantasan hama dengan saponin 20 mg/l dan pemupukan urea dan TSP masing-masing 100 kg/ha.  Selama pembesaran dilakukan penggantian air sebesar 40% dari volume pada saat pasang tinggi dan pemupukan susulan  sebesar 10% dari pupuk dasar setiap 10 hari sampai pemeliharaan 2 bulan.
Pakan buatan dengan dosis 10-2% bobot badan/hari diberikan setelah pemeliharaan 2 bulan dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari, 10 % pada umur 2-3 bulan dan 2% pada umur 3-3,5 bulan.  Dengan menebar tokolan udang windu (PL 35) rata-rata 12.850 ekor/ha, dapat diperoleh produksi rata-rata 176 kg/ha dengan sintasan 49% dan bobot rata-rata 28 g/ekor setelah dipelihara selama 102 hari.

 2. B a n d e n g
Dalam persiapan tambak dilakukan pengeringan tanah sampai retak-retak, pemberantasan hama dengan saponin dosis 20-30 mg/l, pemupukan urea dan TSP masing-masing 100-200 kg/ha. 
Sebelum persiapan tambak dilakukan  perbaikan tanah melalui remediasi, padat penebaran yang diterapkan 6.000 ekor/ha.  Pergantian air dilakukan setiap menjelang pasang tinggi, pemupukan susulan dilakukan 10 hari setelah penebaran dengan dosis 10% dari dosis pupuk dasar sampai pemeliharaan bandeng berumur 2 bulan.
Pemberian pakan berupa pellet dilakukan pada umur 2 bulan hingga panen dengan dosis pakan yang diberikan 10-2% dari bobot badan/hari yang diberikan 3 kali/hari.  Setelah pemeliharaan selama 120 hari diperoleh produksi 1.270 kg/ha dengan sintasan 92 % dan bobot rata-rata 230 g/ekor.

 3.  Nila Merah
Setelah remediasi tanah, dilanjutkan dengan pemberantasan hama dengan saponin dosis 20-30 mg/l, pengapuran pada dasar tambak dengan dosis 2 ton/ha dan pematang tambak 0,5 kg/m.  Pemupukan urea dan TSP masing-masing dengan dosis 100-200 kg/ha.  Tinggi air tambak dipertahankan antara 80-100 cm.
Nila merah jantan (kelamin tunggal) dengan bobot rata-rata 6 g/ekor ditebar dengan kepadatan 6.000 ekor/ha.  Pemberian pakan tambahan berupa pellet dilakukan setelah persediaan pakan alami di tambak tidak mencukupi.  Dosis pakan yang diberikan 20-2% bobot badan/hari yang diberikan 2 kali/hari.  Produksi nila merah setelah dipelihara selama 120 hari mencapai 415 kg/ha.

4.  Kepiting Bakau
Tambak terlebih dahulu dipasangi pagar bambu pada bagian dalam pematang setinggi 1,25 m diatas pelataran tambak dan 50 cm tertanam pada dasar tambak.  Setiap petak diberi ban bekas 10 buah/1.000 m2 sebagai pelindung.
Dalam persiapan tambak dilakukan pemberantasan hama dengan saponin dosis 20 mg/l, pengapuran dosis 2 ton/ha, pemberian pupuk urea dan TSP masing-masing 200 kg/ha dan 100 kg/ha.
Kepiting bakau dengan berat awal 28 g/ekor ditebar dengan kepadatan 1 ekor/m2.  Rasio jantan : betina 1 : 1.  Pakan yang diberikan berupa ikan rucah kering sebanyak 5% berat badan/hari.  Pergantian air dilakukan setiap hari sekitar 10% dari volume total secara gravitasi.
 Pengapuran sebanyak 2 kg/m2 pematang ditebar merata pada pematang, dilakukan setiap 2 minggu.  Berat kepiting bakau setelah dipelihara selama 98 hari dapat mencapai 166 g/ekor

 



Friday, April 6, 2018

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN



Definisi ikan segar
1.      Ikan yang baru saja ditangkap dan belum yg mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut.
2.      Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih mempunyai sifat sama seperti ketika ditangkap (baik rupa, sifat  sama  seperti ketika  ditangkap (baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya).

Penyebab terjadinya perubahan pada tubuh ikan :
1.      Aktivitas enzim; proses penguraaian organ-organ tubuh ikan oleh enzim-enzim yang terdapaat  didalam tubuh ikan sendiri (disebut autolisis).
2.      Aktivitas mikroorganisme/bakteri. Bagian tubuh ikan yang paling banyak mengandung bakteri adalah: insang, usus, kulit,  kulit.
3.      Adanya oksidasi lemak oleh udara; bisa timbul aroma tengik dan cara mencegahynya menghindari antara ikan dengan udara bebas disekelilingnya.

Proses yang terjadi pada ikan setelah ditangkap :
1.      Pre rigor ; < 6 jam, daging elastis, masih seperti ikan segar.
2.      Rigor mortis; 6 jam, tubuh kaku, daging tdk elastis.
3.      Post rigor ; banyak keluar lendir, sisik banyak y ang lepas, sudah mulai busuk.

Penggolongan hasil perikanan laut berdasarkan jenis dan tempat kehidupannya :
1.      Golongan demersal: ikan yg dapat diperoleh dari lautan yang dalam.  Mis. Ikan kod
2.      Golongan pelagik kecil : jenis-jenis ikan kecil yang hidupnya di daerah permukaan laut. Mis. Ikan haring
3.      Golongan pelagik besar:  jenis- jenis  ikan besar yang hidupnya di permukaan laut. Mis. Ikan tuna
4.      Golongan anadromus: jenis-jenis ikan atau hasil perikanan yang mula- mula hidupnya di laut kemudian perikanan  yang  mulamula  hidupnya  di   laut  kemudian mengadakan migrasi ke air tawar lalu ke pertemuannya. Mis. Ikan bandeng, ika salem
5.      Golongan katradromus: jenis-jenis ikan atau hasil perikanan yang mula-mula hidupnya di air tawar kemudian mengadakan migrasi ke laut lalu ke pertemuannya. Mis. Belut laut
6.      Hasil perikanan berkulit keras (Crustacea): hasil  perikanan yg mempunyai kulit yg keras. Mis. Udang, kepiting
7.      Hasil perikanan berdaging lunak. Mis: cumi-cumi (Cephallopoda) tiram (Echinodermata) kerang (Cephallopoda) ,  tiram (Echinodermata) ,  kerang (Anadonta)
8.      Hasil perikanan yg tidak dapat diidentifikasi dengan jelas: hasil  perikanan lainnya yg tidak dapat di golngkan dalam golongan-golongan di atas. Mis. Ubur-ubur

Persyaratan hasil perikanan laut dikatakan memiliki nilai ekonomis :
1.      Mempunyai nilai pasaran yang tinggi
2.      Volume produksi makro tinggi dan luas
3.      Mempunyai daya produksi yang tinggi

Ciri-ciri khusus suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai bahan pangan 
1.      Mempunyai nilai gizi tinggi
2.      Dapat memenuhi selera dan memuaskan rasa lapar seseorang
3.      Bersifat aman dan sehat jika dimakan
4.      Halal

Dasar pengawetan/pengolahan ikan :

1.      Mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin.
2.      Hampir semua cara pengawetan/pengolahan ikan Hampir semua cara  pengawetan/pengolahan  ikan  meninggalkan sifat-sifat khusus pada setiap hasil awetan/olahannya. Hal ini disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat bau (odour) cita rasa (flavour) wujud atau rupa sifat ,  bau  (odour),  cita  rasa  (flavour) ,  wujud atau  rupa  (appearance), dan tekstur (texture) daging ikan.

Tujuan utama proses pengawetan dan pengolahan ikan :

1.      Mencegah proses pembusukan pada ikan, terutama pada saat produksi melimpah
2.      Meningkatkan jangkauan pemasaran ikan
3.      Melaksanakan diversifikasi pengolahan produk-produk perikanan 
4.      Meningkatkan pendapatan nelayan atau petani ikan, sehinngga mereka terangsang untuk melipatgandakan produksi.

Cara-cara pengawetan dan pengolahan pada pasca panen perikanan dilakukan berdasarkan pertimbangan berikut :
1.      Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup tinggi, sehinggga merupakan media yg baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri mikroorganisme lain.
2.      Daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat  ( tendon) , sehingga proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan produk ternak atau hewan lainnya.
3.      Produksi ikan bersifat musiman terutama ikan laut Kadang produksi • Produksi   ikan   bersifat  musiman,  terutama   ikan   laut .  Kadang  produksi  melimpah dan kadang rendah.
4.      Kebutuhan manusia akan ikan tidak pernah mengenal musim.

Komposisi kimia daging ikan :
1.       Air  : 60 – 84 %
2.      Protein :18 – 30 % Protein  :  18  30 %
3.      Lemak : 0,1 – 2,2 %
4.      Karbohidrat : 0,0 - 1,0 %
5.      Vitamin & mineral  : sisanya
Keuntungan mengkonsumsi ikan dibandingkan produk hewani lainnya :
1.      Perairan indonesia yang sangat luas masih memungkinkan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan sumberdaya  perikanan.
2.      Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi (20 %). 
3.      Mempunyai nilai biologis yg tinggi.
4.      Daging ikan relatif lunak karena hanya mengandung sedikit tenunan pangikat (tendon) sehingga lebih mudah dicerna oleh tenunan  pangikat  (tendon)   sehingga  lebih   mudah  dicerna oleh tubuh.
5.      Daging ikantidak berbahaya bagi manusia, juga bagi orang-orang yg kelebihan kolesterol.
6.      Daging ikan mengandung  sejumlah mineral yg  sangat dibutuhkan tubuh manusia: K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, dll. Juga mengandung vitamin A dan D sehingga dapat menunjang kesehatan mata, kulit dan proses pembentukan tulang, terutama pada anak balita.
7.      Ikan dapat dengan cepat dan mudah disajikan dalam berbagai Ikan dapat   dengan  cepat  dan   mudah  disajikan dalam  berbagai bentuk olahan.
8.      Harga ika relatif lebih murah bila dibandingkan dengan sumber protein hewani lain.
9.      Daging ikan dapat diterima oleh segenap lapisan masyarakat baik Daging ikan dapat   diterima  oleh  segenap lapisan  masyarakat,  baik  ditinjau dari segi kesehatan, agama, suku bangsa, maupun tingkat perekonomian.
Proses pengolahan dan pengawetan ikan dapat dilakukan dengan cara:

1.     Menggunakan suhu rendah, Bakteri pembusuk hidup dilingkungan bersuhu 0 – 30° C. bila suhu diturunkan dengan cepat maka aktivitas bakteri akan terhambat atau berhenti sama sekali.
2.     Menggunakan suhu tinggi , Aktivitas bakteri pembusuk dapat dihentikan dengan suhu tinggi (80 – 90 ° C). Mis ikan asap dan ikan kaleng.
3.     Mengurangi kadar air , dapat dilakukan dengan cara :                                                                       
      - Menggunakan udara panas; penjemur an, oven atau alat pengering khusus (mechanical drier)
- Menggunakan proses osmosa; konsentrasi (tekanan osmotik) air di dalam  dan di   luar  tubuh  ikan
   berbeda, mis proses penggaraman.
- Menggunakan tekanan; tekanan mekanis misal: pada kecap ikan, tepung ikan.
- Menggunakan panas; pengasapan dan perebusan • Menggunakan  panas;  pengasapan  dan   
  perebusan.
4.     Menggunakan zat antiseptik; asam asetat (cuka), natrium benzoat, natrium nitrat dan natrium nitrit.
5.     Menggunakan ruang hampa udara; tujuannya untuk menghindari terjadinya oksidasi lemak yang sering menimbulkan efek bau tengik .