Thursday, December 21, 2017

MEDIA TERTAYANG


 I. PENDAHULUAN

Media penyuluhan perikanan merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran bagi pelaku utama pada kegiatan penyuluhan. Pemanfaatan dan pemilihan media harus menjadi bagian penting yang harus dikuasai oleh seorang penyuluh perikanan, sehingga seorang penyuluh perikanan perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Penyajian media yang menarik dipandang sulit dan pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, padahal media penyuluhan yang menarik akan membantu mengkomunikasikan informasi penyuluhan kepada sasaran. Media yang baik harus sesuai dengan kondisi sasaran, merupakan tujuan pembuatan media penyuluhan. Pemilihan media penyuluhan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, waktu, ketersediaan biaya dan sumberdaya pendukung serta perubahan lingkungan strategis.



II. PERANAN MEDIA PENYULUHAN
PERIKANAN

1.    Peranan media penyuluhan perikanan sebagai saluran komunikasi (channel) dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
a.    Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator kepada sasaran.
b.    Menyalurkan feed back / umpan balik dari sasaran/komunikan kepada sumber / komuniukator sebagai bahan evaluasi.
c.    Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat.
d.    Memungkinkan pelaksanaan penyuluhan perikanan secara teratur dan sistimatik.

2.    Peranan media penyuluhan perikanan sebagai Media Belajar dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
a.    Memberi pengalaman belajar yang integral dari konkrit ke abstrak.
b.    Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan.
c.    Memungkinkan proses belajar secara mandiri.



 III. KLASIFIKASI DAN JENIS MEDIA PEMBELAJARAN

2.1.       Taksonomi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan.
Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membengkitkan motivasi pada subjek belajar.
1.    Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsure : suara, visual, dan gerak. Media visual menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan symbol.
2.    Hirarki Media Menurut Duncan
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Semakin tinggi satuan biaya, semakin umum sifat penggunaannya.
2.2.       Jenis – Jenis Media Tertayang
1.    Bahan Tayang (Lembar Transparan dan/atau Presentasi)
Lembar transparan adalah lembaran plastik transparan (tembus pandang) yang berisi pesan/informasi (teks, ilustrasi, gambar) yang disorotkan (diproyeksikan) dengan menggunakan overhead projector (OHP), sedangkan presentasi adalah pesan/informasi yang disusun dalam format power point.
2.    Pembuatan Film VCD/DVD atau bahan TV
Sebagai sebuah media pembelajaran dalam bentuk video/televisi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan. Namun secara umum kedua media ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu:
a.    Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b.    Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya.
c.    Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen.
d.    Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).


 IV. TAHAPAN PEMBUATAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN

Dalam pembuatan media pembelajaran dengan video, diperlukan beberapa tahapan penting yang akan dibahas dalam bab ini. Untuk membuat media video pembelajaran secara umum ada tiga tahap yaitu:
1.    Praproduksi
Tahap ini merupakan perencanaan dari kegiatan selanjutnya dan hasil yang akan dicapai. Tahap ini meliputi penentuan ide, penyusunan garis besar isi media video, penyusunan jabaran materi media video, penyusunan naskah, dan pengkajian naskah.
2.    Produksi
Produksi merupakan tahap selajutnya setelah naskah diterima oleh Produser dan Sutradara yang meliputi rembuk naskah, penentuan tim produksi, pencarian pemain, pencarian lokasi shooting, rapat tim produksi, dan pengambilan gambar.
3.    Pascaproduksi
Setelah sekumpulan gambar dan suara diterima oleh editor, maka langkah selanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik, tahapa ini meliputi editing (penggabungan dan pemilihan gambar), mixing (pengisian musik), preview, ujicoba, revisi, dan distribusi/penyiaran.
4.    Realisasi kegiatan produksi
Ada beberapa langkah dalam kegiatan produksi yang meliputi:
a.    Rembuk Naskah (Script Conference)
b.    Pembentukan Tim Produksi (Production Crews)
c.    Membuat Shooting Script
d.    Penyusunan Anggaran
e.    Pemilihan Pemain (Casting)
f.     Pencarian Lokasi (Hunting)
g.    Rapat Tim Produksi (Production Meeting)
h.    Setting Lokasi (Blocking Area /Location Set)
i.      Pengambilan Gambar

 V. PENYUSUNAN NASKAH SCENARIO TV

5.1  Persiapan Menulis Naskah/ Teks / Narasi
Bagian penting yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya. Selanjutnya menetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan dengan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV. Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsis, dan Treatment.

5.2  Menilai Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks adalah berdasarkan  kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari sesuai karakter tokoh.

5.3  Mengedit Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit sesuai saran, masukan dari produser.

Monday, December 11, 2017

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)


I.             Pendahuluan

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut biasanya hidup di sawah-sawah, dan sungai atau genangan air lain yang dasarnya berlumpur.
Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri terus meningkat, namun belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan.
Budidaya belut sebenarnya tidak sulit dan  tidak memerlukan modal atau biaya yang besar. 
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut :
1.      Kelas         : Pisces
2.      Subkelas  :   Teleostei
3.      Ordo         : Synbranchoidae
4.      Famili        :          Synbranchidae
5.      Genus       : Synbranchus
6.      Species     :  Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);         Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Dari ke tiga jenis belut tersebut  yang banyak dijumpai adalah belut sawah dan belut rawa.  Belut rawa warnanya lebih gelap dari belut sawah.   Belut rawa dewasa ukurannya lebih besar dari belut sawah.

II.  Lokasi

Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan- kimia beracun, minyak atau limbah pabrik.
Suhu udara atau temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25–31º C.
Pada prinsipnya kondisi perairan untuk budidaya belut adalah air harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air bahkan dapat hidup di air yang keruh.  

III.  Wadah /Tempat Pemeliharaan
Belut dapat dipelihara di :
1.   Kolam Tanah
2.   Kolam beton/tembok
3.   Kolam terpal
4.   Sawah
5.   Drum bekas
Pembuatan kolam pembesaran belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam apakah berupa kolam bawah tanah ( kolam gali ) atau kolam di atas tanah ( kolam tembok ).  Kemudian dilanjutkan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah.   Kolam berukuran 5 x 5 x 1,2 m cukup baik untuk pembesaran belut. Sedangkan kolam yang terbuat dari bahan terpal dengan ukuran 4 x 4 x 1 m.   Budidaya belut di kolam tanah atau sawah agar tidak berdekatan dengan rawa-rawa atau sungai, karena belut dapat menggali lubang dan keluar dari kolam/sawah.

IV.   Media Pemeliharaan
            Setelah kolam dipersiapkan. maka langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan  sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 25 - 40 cm.
2. Pupuk Urea  dan NPK 5 kg masing 1 kg/m²
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 5 cm.
            Penyiapan media pemeliharaan agar dilakukan berurutan sebagaimana tersebut diatas.
         Pengalaman lain menyebutkan bahwa media pemeliharaan belut yang terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi,  TSP, dan mikroorganisme stater yang peletakkannya diatur:sedemikian rupa yaitu bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm, kemudian disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Selanjutnya diatas`jerami diberi kompos setinggi 5 cm dan berikutnya lumpur kering setinggi 25 cm yang terlebih dahulu dicampur pupuk TSP sebanyak 1 kg/m² .  .Karena belut memerlukan air sebagai habitat hidupnya maka kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas.
         Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 – 4 minggu agar terjadi proses dekomposisi dimana pada media tersebut akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik.   Setelah itu kolam siap untuk ditebar benih belut yang akan dibudidayakan.

V.  Pembesaran Belur
         Setelah kolam dan media pemeliharaan siap, benih belut dapat di tebar di kolam pembesaran. Langkah pertama adalah memilih benih belut yang berkualitas agar hasil panen dapat masimal.  Benih belut yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut:
1.   Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2.   Gerakan lincah dan agresif.
3.   Penampilan sehat  yang ditandai dengan tubuh keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4.   Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5.   Umur antara 2-4 bulan.
.           Membesarkan belut hingga siap panen dari bibit umur 2-3 bulan butuh waktu 7 bulan.  Namun apabila media pemeliharaan  cukup baik serta cara dan waktu pemberian pakan yang baik pula, maka  belut dapat dipanen setelah masa pemeliharaan 4 (empat) bulan dengan bobot rata-rata 400 gr/ekor.

VI. Pemberian Pakan
Sifat kanibal  belut  tidak terjadi selama pembesaran, apabila pakan yang diberikan dalam jumlah cukup. Saat masih benih belut tidak akan saling mengganggu, sehingga tidak perlu khawatir menebar/memasukkan benih dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. 
Pakan yang diberikan sebaiknya harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, larva/benih ikan, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.  Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak sebanyak 200 g  ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran dimana belut-belut sering bersembunyi.
Pelet (pakan ikan) dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan belut.. Pelet diberikan dengan cara ditaburkan ke seluruh area kolam.  Tidak lama kemudian benih belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu dengan dosis 5% dari bobot benih belut yang ditebar..
Belut dapat dipanen setelah masa pemeliharaan 3 - 4 bulan untuk permintaan pasar lokal, namun untuk tujuan ekspor minimal masa pemeliharaannya 6 bulan.
Kolam setelah panen dilakukan perbaikan dan diganti media pemeliharaan baru yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemeliharaan belut berikutnya.
VII.  Panen
            Pada saat panen ada  2 (dua) jenis belut  yang dapat di tangkap yaitu :
a)   Berupa benih belut, dapat dijual  atau dibesarkan kembali..
b)   Berupa  belut konsumsi yang siap dijual  ke pasaran yang ukurannya disesuaikan dengan permintaan pasar.
         Cara penangkapan belut pada saat panen sama seperti panen ikan yaitu dengan peralatan seperti bubu/posong, jaring/jala bermata lembut atau dengan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal ditangkap saja.

VIII. Paca Panen
 
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai.  jaringan pemasaran yang luas
Belut hasil panen disortir, berdasarkan ukuran. dimana belut-belut yang berukuran besar ditampung dalam wadah untuk dipasarkan/dijual.  Belut yang berkuran kecil ditampung dalam wadah lainya dan selanjutnya dapat dipelihara kembali atau dijual berupa benih.  Dalam pemasarannya belut-belut konsumsi diangkut dengan menggunakan jerigen plastik atau box sterofoam.


Monday, November 27, 2017

BUDIDAYA IKAN BAUNG


I.  PENDAHULUAN

Ikan baung (Mystus nemurus CV) di daerah kita sangat digemari oleh masyarakat yang merupakan ikan asli perairan Indonesia dan telah menyebar ke wilayah lainnya.   Ikan baung menyukai perairan yang tenang, dan jernih seperti rawa-rawa, waduk, danau dan sungai.
Ikan Baung mempunyai bentuk badan pipih, lebar dan agak menggembung.  Bentuk kepalanya lancip tetapi setelah dewasa menjadi dempak,  mulutnya kecil dan agak serong, sirip punggung panjang dan agak lebar, sirip ekor ujungnya berbentuk bulat, sirip dubur panjang dan lebar.  Sirip perut letaknya dibagian depan dari badan hampir dekat dengan sirip dada. Dua jari-jari lunak dari sirip perut memanjang seperti cambuk yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip dada letaknya lebih keatas dari sirip perut.  Ikan ini mempunyai gurat sisi yang sempurna.

1. Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk dilakukan di kolam induk dengan kedalaman air rata-rata 1 dengan padat tebar 15 ekor per m2. Selama pemeliharaan induk diberikan pakan berprotein minimal 28% sebanyak 2% dari total. Biomass/hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Seleksi Induk

Ciri-ciri induk betina siap pijah :

Perut yang membesar dan lembek; Bentuk badan yang agak melebar dan pendek; Pada sekitar lubang genital agak kemerahan; Telur berwarna kecoklatan; Ukuran diameter telur ikan baung siap dipijahkan dan mampu berkembang dengan baik berkisar 1,5 sampai 1,8 mm dengan rata-rata 1,6 mm; Telur yang bagus dapat dilihat di bawah mikroskop dengan ciri intinya sudah menepi.


Ciri-ciri induk jantan siap pijah :

Ujung genital papilla (penis) berwarna merah yang panjangnya sampai ke pangkal sirip anal; Cairan sperma ikan baung berwarna bening.

2. Pemijahan

Kegiatan pemijahan pada umumnya menggunakan bantuan hormon perangsang terjadinya ovulasi (ovaprim) dengan dosis 0,5 cc/kg induk betina dan 0,3 cc/kg untuk induk jantan.
Pelaksanaan proses pemijahan pada ikan Baung dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

a. Semi Alami ;
Induk jantan dan betina siap pijah disuntik dengan hormon ovaprim, kemudian diletakkan dalam hapa yang telah diberi kakaban pada bagian dasar happa. Selang waktu 8 – 12 jamakan terjadi pemijahan yang ditandai dengan melekatnya telur pada kakaban di dasar happa. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 2 – 3 : 1. Telur yang telah melekat pada kakaban dibiarkan hingga menetas dan larva Baung dapat dipindahkan ke wadah pemeliharaan (bak atau aquarium) setelah terlebih dahulu menyingkirkan kakaban di dalam happa tersebut guna memudahkan penangkapan dan pemindahan larva.

b. Buatan (Artificial) ;

Induk ditampung dalam wadah fiber / waskom / aquarium yang berfungsi sebagai tempat inkubasi induk. Induk ditimbang beratnya untuk menentukan jumlah hormon yang akan digunakan. Penyuntikan induk betina dilakukan 2 kali dengan interval waktu penyuntikan 6 jam, untuk penyuntikan I digunakan 1/3 dari dosis dan 2/3 sisanya untuk penyuntikan ke II. Sedangkan untuk induk jantan dilakukan sekali penyuntikan yaitu waktu penyuntikan kedua pada induk betina. Penyuntikan dilaksanakan secara intra muskular di bagian kiri atau kanan belakang sirip punggung. Posisi jarum suntik terhadap tubuh induk membentuk sudut 30o - 40o sejajar dengan panjang tubuh. Waktu ovulasi berkisar antara 6 - 8 jam setelah penyuntikan ke II (kisaran suhu 29o – 31o) ditandai dengan keluarnya telur bila dilakukan pengurutan pada bagian perut.  Pengambilan sperma dilakukan dengan membedah perut induk jantan dan mengambil kantong sperma. Kantong sperma dicuci dengan larutan NaCl 0,9% hingga bersih kemudian digerus atau dipotong-potong di dalam gelas yang telah berisi larutan NaCl hingga larut, yang ditandai dengan perubahan larutan NaCl menjadi putih susu. Perbandingan yang digunakan adalah 4 cc NaCl dengan 1 cc sperma. Pembuahan dilakukan dengan cara mencampurkan telur dengan sperma kemudian diaduk dengan bulu ayam searah jarum jam selama kurang lebih 2 - 3 menit secara perlahan sampai tercampur rata, selanjutnya telur ditetaskan di dalam aquarium. Penetasan dilakukan dalam aquarium dengan menebarkan telur secara merata. Padat tebar optimal adalah 2 – 3 butir telur per cm2. Telur yang baik akan menempel kuat pada dasar aquarium. Setelah telur menetas larva baung akan bergerombol pada sudut-sudut aquarium. Sedangkan telur yang tak menetas tetap menempel pada substrat. Pemeliharaan Larva.  Setelah persediaan telur pada perut larva habis, larva diberi pakan alami berupa nauplii Artemia sp. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 kali per hari yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00 WIB. Agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar aquarium. Penyifonan dilakukan 1 x per hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan.

3. Pendederan

Sebelum dilakukan penebaran benih, terlebih dahulu dilakukan persiapan kolam pendederan yang meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam dan pembuatan caren (kemalir). Dalam kegiatan persiapan kolam juga dilakukan pemupukan, pengapuran dan pengisian air.  Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan cara pembalikan tanah dasar kolam serta pembuatan kemalir dengan kemiringan 0,5 - 1% ke arah pintu pengeluaran. Setelah pengolahan tanah, dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 300 gr/m2. Penjemuran kolam dilakukan selama 3 hari lalu diisi air secara bertahap sampai ketinggian air 90 cm. Sebelum benih ditebar di kolam dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, oksigen dan pH.  Penebaran benih dilakukan pada hari ke-8 dari awal persiapan kolam. Penebaran benih dilakukan pagi atau sore hari untuk menghindari stress. Benih yang ditebar berukuran rata-rata 2,4 cm dengan padat tebar 20 ekor/m2 Pemeliharaan benih dilakukan selama 4 minggu. Setelah penebaran, benih diberi makan berupa pakan komersial (pellet) yang dihancurkan dengan kadar protein 28 - 30% sebanyak 25 - 100% total biomassa/hari. Frekuensi pemberian pakan 3 x sehari pagi, siang dan sore.  Total pemberian pakan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Minggu I : 100%,
2. Minggu II : 80%
3. Minggu III : 70%
4. Minggu IV : 30%



4. Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan menjaring ikan dalam kolam menggunakan jaring/happa selanjutnya dilakukan pengeringan total untuk mengambil benih yang tertinggal dalam kemalir. Benih ditampung dalam hapa penampungan dan diberok selama 1 hari. Sebelum dilakukan pendistribusian benih pada pembudidaya ikan, benih terlebih dulu diseleksi sesuai ukuran.  Distribusi Benih yang akan didistribusikan dimasukkan dalam kantongan plastik berbentuk silinder dimana pada bagian tengah kantong dibuat simpul sehingga sama panjang dan salah satunya dimasukkan kedalam sisi yang lain sehingga membentuk lapisan ganda (luar dan dalam). Air dimasukan kedalam kantong plastik sebanyak 1/3 bagian dari volume kantong. Benih ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah berisi media air dengan kepadatan tergantung dari ukuran benih, jarak dan waktu tempuh. Udara di dalam kantong dibuang dengan cara mengempeskan kantong. Kantong diisi dengan oksigen murni dari tabung oksigen melalui selang udara. Setelah dirasa cukup penuh / kencang, ujung kantong diikat dengan karet. Benih ikan siap didistribusikan