Monday, December 11, 2017

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)


I.             Pendahuluan

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut biasanya hidup di sawah-sawah, dan sungai atau genangan air lain yang dasarnya berlumpur.
Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri terus meningkat, namun belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan.
Budidaya belut sebenarnya tidak sulit dan  tidak memerlukan modal atau biaya yang besar. 
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut :
1.      Kelas         : Pisces
2.      Subkelas  :   Teleostei
3.      Ordo         : Synbranchoidae
4.      Famili        :          Synbranchidae
5.      Genus       : Synbranchus
6.      Species     :  Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);         Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Dari ke tiga jenis belut tersebut  yang banyak dijumpai adalah belut sawah dan belut rawa.  Belut rawa warnanya lebih gelap dari belut sawah.   Belut rawa dewasa ukurannya lebih besar dari belut sawah.

II.  Lokasi

Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan- kimia beracun, minyak atau limbah pabrik.
Suhu udara atau temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25–31º C.
Pada prinsipnya kondisi perairan untuk budidaya belut adalah air harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air bahkan dapat hidup di air yang keruh.  

III.  Wadah /Tempat Pemeliharaan
Belut dapat dipelihara di :
1.   Kolam Tanah
2.   Kolam beton/tembok
3.   Kolam terpal
4.   Sawah
5.   Drum bekas
Pembuatan kolam pembesaran belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam apakah berupa kolam bawah tanah ( kolam gali ) atau kolam di atas tanah ( kolam tembok ).  Kemudian dilanjutkan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah.   Kolam berukuran 5 x 5 x 1,2 m cukup baik untuk pembesaran belut. Sedangkan kolam yang terbuat dari bahan terpal dengan ukuran 4 x 4 x 1 m.   Budidaya belut di kolam tanah atau sawah agar tidak berdekatan dengan rawa-rawa atau sungai, karena belut dapat menggali lubang dan keluar dari kolam/sawah.

IV.   Media Pemeliharaan
            Setelah kolam dipersiapkan. maka langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan  sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 25 - 40 cm.
2. Pupuk Urea  dan NPK 5 kg masing 1 kg/m²
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 5 cm.
            Penyiapan media pemeliharaan agar dilakukan berurutan sebagaimana tersebut diatas.
         Pengalaman lain menyebutkan bahwa media pemeliharaan belut yang terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi,  TSP, dan mikroorganisme stater yang peletakkannya diatur:sedemikian rupa yaitu bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm, kemudian disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Selanjutnya diatas`jerami diberi kompos setinggi 5 cm dan berikutnya lumpur kering setinggi 25 cm yang terlebih dahulu dicampur pupuk TSP sebanyak 1 kg/m² .  .Karena belut memerlukan air sebagai habitat hidupnya maka kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas.
         Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 – 4 minggu agar terjadi proses dekomposisi dimana pada media tersebut akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik.   Setelah itu kolam siap untuk ditebar benih belut yang akan dibudidayakan.

V.  Pembesaran Belur
         Setelah kolam dan media pemeliharaan siap, benih belut dapat di tebar di kolam pembesaran. Langkah pertama adalah memilih benih belut yang berkualitas agar hasil panen dapat masimal.  Benih belut yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut:
1.   Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2.   Gerakan lincah dan agresif.
3.   Penampilan sehat  yang ditandai dengan tubuh keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4.   Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5.   Umur antara 2-4 bulan.
.           Membesarkan belut hingga siap panen dari bibit umur 2-3 bulan butuh waktu 7 bulan.  Namun apabila media pemeliharaan  cukup baik serta cara dan waktu pemberian pakan yang baik pula, maka  belut dapat dipanen setelah masa pemeliharaan 4 (empat) bulan dengan bobot rata-rata 400 gr/ekor.

VI. Pemberian Pakan
Sifat kanibal  belut  tidak terjadi selama pembesaran, apabila pakan yang diberikan dalam jumlah cukup. Saat masih benih belut tidak akan saling mengganggu, sehingga tidak perlu khawatir menebar/memasukkan benih dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. 
Pakan yang diberikan sebaiknya harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, larva/benih ikan, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.  Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak sebanyak 200 g  ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran dimana belut-belut sering bersembunyi.
Pelet (pakan ikan) dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan belut.. Pelet diberikan dengan cara ditaburkan ke seluruh area kolam.  Tidak lama kemudian benih belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu dengan dosis 5% dari bobot benih belut yang ditebar..
Belut dapat dipanen setelah masa pemeliharaan 3 - 4 bulan untuk permintaan pasar lokal, namun untuk tujuan ekspor minimal masa pemeliharaannya 6 bulan.
Kolam setelah panen dilakukan perbaikan dan diganti media pemeliharaan baru yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemeliharaan belut berikutnya.
VII.  Panen
            Pada saat panen ada  2 (dua) jenis belut  yang dapat di tangkap yaitu :
a)   Berupa benih belut, dapat dijual  atau dibesarkan kembali..
b)   Berupa  belut konsumsi yang siap dijual  ke pasaran yang ukurannya disesuaikan dengan permintaan pasar.
         Cara penangkapan belut pada saat panen sama seperti panen ikan yaitu dengan peralatan seperti bubu/posong, jaring/jala bermata lembut atau dengan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal ditangkap saja.

VIII. Paca Panen
 
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai.  jaringan pemasaran yang luas
Belut hasil panen disortir, berdasarkan ukuran. dimana belut-belut yang berukuran besar ditampung dalam wadah untuk dipasarkan/dijual.  Belut yang berkuran kecil ditampung dalam wadah lainya dan selanjutnya dapat dipelihara kembali atau dijual berupa benih.  Dalam pemasarannya belut-belut konsumsi diangkut dengan menggunakan jerigen plastik atau box sterofoam.


No comments:

Post a Comment