I.
Pendahuluan
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan
bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya
licin. Belut biasanya hidup di sawah-sawah, dan sungai atau genangan air lain
yang dasarnya berlumpur.
Budidaya
Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar
negeri terus meningkat, namun belut alam yang hidup bebas sangat sulit
ditemukan.
Budidaya belut
sebenarnya tidak sulit dan tidak
memerlukan modal atau biaya yang besar.
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut :
1. Kelas : Pisces
2.
Subkelas : Teleostei
3.
Ordo
: Synbranchoidae
4.
Famili
: Synbranchidae
5.
Genus : Synbranchus
6.
Species
: Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah);
Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Dari ke tiga jenis belut tersebut yang banyak dijumpai adalah belut sawah dan
belut rawa. Belut rawa warnanya lebih
gelap dari belut sawah. Belut rawa
dewasa ukurannya lebih besar dari belut sawah.
II. Lokasi
Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis
yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada
batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan- kimia beracun, minyak atau limbah pabrik.
Suhu udara atau temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar
antara 25–31º C.
Pada prinsipnya kondisi perairan untuk
budidaya belut adalah air harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk
benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya
belut dewasa tidak memilih kualitas air bahkan dapat hidup di air yang keruh.
III. Wadah /Tempat
Pemeliharaan
Belut dapat dipelihara di :
1.
Kolam Tanah
2.
Kolam beton/tembok
3.
Kolam terpal
4.
Sawah
5.
Drum bekas
Pembuatan kolam pembesaran belut diawali dengan perencanaan konstruksi
kolam apakah berupa kolam bawah tanah ( kolam gali ) atau kolam di atas tanah (
kolam tembok ). Kemudian dilanjutkan
dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah. Kolam berukuran 5 x 5 x 1,2 m cukup baik
untuk pembesaran belut. Sedangkan kolam yang terbuat dari bahan terpal dengan
ukuran 4 x 4 x 1 m. Budidaya belut di kolam tanah atau sawah agar tidak
berdekatan dengan rawa-rawa atau sungai, karena belut dapat menggali lubang dan
keluar dari kolam/sawah.
IV. Media Pemeliharaan
Setelah
kolam dipersiapkan. maka langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 25 - 40 cm.
2. Pupuk Urea dan NPK 5 kg masing 1 kg/m²
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5
cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang
setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15
cm.
9. Air setinggi 5 cm.
Penyiapan
media pemeliharaan agar dilakukan berurutan sebagaimana tersebut diatas.
Pengalaman lain menyebutkan bahwa
media pemeliharaan belut yang terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, TSP, dan mikroorganisme stater yang
peletakkannya diatur:sedemikian rupa yaitu bagian dasar kolam dilapisi jerami
setebal 50 cm, kemudian disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Selanjutnya
diatas`jerami diberi kompos setinggi 5 cm dan berikutnya lumpur kering setinggi
25 cm yang terlebih dahulu dicampur pupuk TSP sebanyak 1 kg/m² . .Karena belut memerlukan air sebagai habitat
hidupnya maka kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas.
Media dalam
kolam perlu didiamkan selama 2 – 4 minggu agar terjadi proses dekomposisi
dimana pada media tersebut akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik
nyamuk, zooplankton,
cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu kolam siap untuk ditebar benih
belut yang akan dibudidayakan.
V.
Pembesaran Belur
Setelah
kolam dan media pemeliharaan siap, benih belut dapat di tebar di kolam
pembesaran. Langkah pertama adalah memilih benih belut yang berkualitas agar
hasil panen dapat masimal. Benih belut yang
berkualitas memiliki ciri sebagai berikut:
1. Anggota tubuh utuh dan mulus
yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang ditandai dengan tubuh keras dan tidak
lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan
berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.
. Membesarkan belut hingga siap panen
dari bibit umur 2-3 bulan butuh waktu 7 bulan.
Namun apabila media pemeliharaan
cukup baik serta cara dan waktu pemberian pakan yang baik pula,
maka belut dapat dipanen setelah masa
pemeliharaan 4 (empat) bulan dengan bobot rata-rata 400 gr/ekor.
VI. Pemberian Pakan
Sifat kanibal
belut tidak terjadi selama
pembesaran, apabila pakan yang diberikan dalam jumlah cukup. Saat masih benih
belut tidak akan saling mengganggu, sehingga tidak perlu khawatir menebar/memasukkan
benih dalam jumlah besar hingga ribuan ekor.
Pakan yang diberikan sebaiknya harus segar dan hidup,
seperti ikan cetol, ikan impun, larva/benih ikan, cacing tanah, belatung, dan
bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi
temulawak sebanyak 200 g ditumbuk lalu
direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam
pembesaran dimana belut-belut sering bersembunyi.
Pelet (pakan ikan) dapat diberikan sebagai pakan selingan
untuk memacu pertumbuhan belut.. Pelet diberikan dengan cara ditaburkan ke
seluruh area kolam. Tidak lama kemudian
benih belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu
dengan dosis 5% dari bobot benih belut yang ditebar..
Belut dapat dipanen setelah
masa pemeliharaan 3 - 4 bulan untuk permintaan pasar lokal, namun untuk tujuan
ekspor minimal masa pemeliharaannya 6 bulan.
Kolam setelah panen dilakukan perbaikan
dan diganti media pemeliharaan baru yang selanjutnya dapat digunakan untuk
pemeliharaan belut berikutnya.
VII. Panen
Pada saat panen ada
2 (dua) jenis belut yang dapat di
tangkap yaitu :
a) Berupa benih
belut, dapat dijual atau dibesarkan
kembali..
b) Berupa belut konsumsi yang siap dijual ke pasaran yang ukurannya disesuaikan dengan
permintaan pasar.
Cara penangkapan
belut pada saat panen sama seperti panen ikan yaitu dengan peralatan seperti
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut atau dengan pengeringan air kolam
sehingga belut tinggal ditangkap saja.
VIII. Paca Panen
Pada
pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat
diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai. jaringan pemasaran yang luas
Belut hasil panen disortir, berdasarkan ukuran. dimana
belut-belut yang berukuran besar ditampung dalam wadah untuk dipasarkan/dijual. Belut yang berkuran kecil ditampung dalam
wadah lainya dan selanjutnya dapat dipelihara kembali atau dijual berupa
benih. Dalam pemasarannya belut-belut
konsumsi diangkut dengan menggunakan jerigen plastik atau box sterofoam.
No comments:
Post a Comment